Skip to main content

Cerpen Faris Si Pengusaha




Assalamualaikum. Disiang yang bolong ini sepulang latihan paduan suara gue langsung bikin cerpen yang bisa kalian renungin amanatnya. Sebelumnya cerpen ini adalah hasil adaptasi dari kisah yang pernah dibuat oleh bang Alitt. Dan perlu saya ingatkan kembali kalo kalian tidak kuasa menahan sedihnya cerita ini hendaknya anda mengurungkan niat untuk membaca cerpen ini.


Pada Zaman dahulu ketika manusia purba masih jadi mayoritas masyarakat indonesia dan dinosaurus masih jadi peliharaan masyarakat indonesia tepatnya pada tahun 202020, hiduplah seorang pengusaha yang sangat kaya dan bijaksana yang bernama Faris Abdullah. Faris punya bisnis penjualan softek yang sudah mendunia dan bervariasi,mulai dari softek untuk pemuda, dewasa, dan manula. Ada pula softek untuk gajah yang sedang menstruasi. Cabang kantornya pun sudah ada dimana-mana. Rumahnya sebesar pulau dewata, megah dan mewah. Saking besarnya kalo mau boker dia harus naik bis sinarjaya untuk dapat menjangkau wc nya. 

Hidup Faris sangatlah terasa sempurna, dia sanggup membeli apapun untuknya sendiri. Tapi karena kekayaannya banyak orang yang Dengki dengan Faris. Disudut hatinya, Faris merasa kesepian dan keresahan yang mendalam dan mendera hidupnya. Diusianya yang sudah menginjak 60 tahun, Faris belum pernah memiliki pacar apalagi istri. Sejak dulu dia sibuk bekerja mengumpulkan uang dan harta, hingga dia melupakan akan adanya wanita. Tapi dia lebih resah ketika dia mengingat bahwa dia tidak punya anak karena nanti dia bingung siapa yang akan melanjutkan bisnis penjualan softek miliknya.

Suatu hari ketika Faris mau boker di wc sebuah mall di Ukraina dia tidak sengaja menemukan dua buah bayi kembar di dalam kloset tempat ia mau boker. Kemudian Faris mengurungkan niat bokernya demi membawa dua bayi itu. Bayi yang ditemukan Faris adalah bayi kembar identik, sangat lucu dan menggemaskan. Satu dikasih nama Ari, tubuhnya berwarna hitam pekat,rambut hitam, dan mata cokelat. Yang satunya dikasih nama Ira, rambutnya pirang dengan ketombe yang menyebar disetiap helai rambutnya, kulitnya terang,dan matanya berwarna pink.

Faris merawat mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang. Faris mulai menyadari hidupnya semakin lengkap dengan adanya anak di kehidupannya. Tanpa terasa  1 minggu terlewatkan, Ari dan Ira sudah tumbuh dewasa, kumismereka mulai menebal seperti ustad-ustad Arab. Karena Faris sudah merasa tua, dia meminta anak-anaknya untuk menggantikan dia dalam bisnisnya. Tapi Faris bingung krna kursi kepemimpinan hanya dapat diduduki oleh 1 orang saja, maka dari itu dia mengajukan sayembara kepada anak-anak tercintanya itu.

“Ari Ira” ucap Faris kepada anaknya sambil menghisap rokoknya yang menyambung dengan knalpot becaknya.

“Iya papa”jawab Ari dan Ira dengan lembut.

“papa ingin salah satu dari kalian mewarisi kursi papa ini” jawab Faris sambil menghisap rokoknya kembali

“lalu gimana keputusan papa, apakah saya yg akan papa pilih??” jawab Ira dengan senang
“tidak tidak begitu” jawab Faris

“saya akan menerima apapun kputusan papa, saya siap menerimanya” jawab Ari

“jadi begini, papa ingin kalian berlomba” jwb Faris

“lomba apa pa?”jawab mereka

“kemarin papa baru memesan Tongsis (Tongkat Narsis) dipulau seberang, papa ingin kalian mengambilnya. Siapa yang lebih ceat kembali dgn membawa Tongsis milik papa, maka dia akan jadi pewaris bisnis papa” jawab Faris 

“semudah itukah pa?” jawab Ira

“Ada peraturannya, kalian tidak akan papa berii uang sepeserpun, tapi selama perjalanan kalian Cuma papa bekali makanan yang bisa kalian konsumsi”

“baiklah pa” jawab mereka kompak

Mereka akhirnya bergegas pergi mengambil Tongsis pesanan papanya itu. Diminggu pertama  Ira memimpin jauh, karena di perjalanan dia tinggal mengambil roti dan mengoleskan selai. Tapi Ari harus mencuci beras dan menanaknya lalu memakannya dengan lauk garam. Diminggu kedua Ari berhasil menyusul Ira karena Ira mulai kelaparan dan stok rotinya jamuran. Sedangkan beras dan garam Ari tidak jamuran, Ari tak tega melihat saudaranya kelaparan layaknya gembel di ibu kota. Ari memanggil Ira untuk makan beras dan garm milik Ari secara bersama-sama. Setelah itu mereka tidur lelap untuk melanjutkan perjalanan besok.Tapi disaat Ari tertidur lelap Ira mencuri semua stok beras dan garamnya itu, dan Ari ditinggal dengan tak disisakan 1 butir beraspun.

Singkat Cerita Ira sampai kerumah sambil membawa Tongsis pesanan papanya. Faris sangat senang dan bertanya kepada Ira 

"Bagus, anakku. Kamu datang jauh lebih cepat dibanding yang aku bayangkan. Pasti kelak saat kamu memimpin perusahaan, kamu juga akan cekatan." Ucap Faris

"Jadi, kapan saya boleh mulai bekerja, papa?" Ira terlihat sudah tidak sabar untuk menjadi boss di perusahaan papanya.

"Mulai besok kamu sudah boleh bekerja, Nak. Papa mau istirahat di rumah saja."

Ira mengepalkan tangannya ke udara, menandakan bahwa dia merasa menang. Namun seminggu kemudian, Faris bertanya, "Oiyah.. Ari di mana?"

"Err.. Anu.. Saya tidak tahu, Papa. Saya tidak bertemu dengannya. Saya sudah memimpin jauh di perjalanan itu sejak hari pertama." Ira terlihat sedikit panik.

"Hmm.. Aneh.. Harusnya dia sudah pulang. Tapi sudahlah, dia kan sudah dewasa."kata  Faris

Sebulan kemudian, Ira dikagetkan dengan kedatangan Ari di rumah.

"Anakku! Kenapa kamu baru nyampe, nak?" Faris memeluk Ari erat-erat.

"Maaf papa, kemarin bekalku dicuri orang saat dalam perjalanan. Sehingga aku terlunta-lunta dan kelaparan di kota orang." Ari menjawab pertanyaan papanya sambil melirik tajam ke arah Ira. Ira salah tingkah, Ira pura-pura main futsal untuk mengalihkan perhatian.

"Wah.. Malang sekali nasibmu, Nak.." Faris kembali memeluk Ari.

"Maaf papa, saya gagal untuk meneruskan tanggung jawab papa kepada perusahaan. Tapi saya pikir, Ira cocok untuk menjalani profesi itu." Ari mengatakan kalimat itu tanpa ekspresi kecewa sama sekali.

Ira segera menyambar kalimat Ari, "Kamu sih, teledor banget! Perusahaan ini bisa bangkrut kalo dipegang orang teledor kayak kamu!"

"Kamu tidak kecewa, Nak?" Faris memastikan bahwa salah Ari tidak menyimpan kekecewaan keputusannya.

"Papa, saya hendak bercerita tentang apa yang saya alami dalam perjalanan saya." Ari kembali membuka mulutnya, Ira kembali terlihat panik dan segera main Karapan Sapi.

"Apa anakku? Ceritakanlah.. Papa mau mendengarkanmu."
Ari menghela nafas, lalu berbicara, "Jadi begini.. Saya mengaku saya teledor sehingga saya kalah dalam perlombaan antara saya dan Ira. Tapi saya tidak kecewa sedikitpun, karena saya sudah merasa menang dengan cara yang lain."

"Apa maksud dari perkataanmu, Ari?" Faris mengernyitkan dahi sambil menatap mata Ari dalam-dalam.

"Di perjalanan kemarin, setelah saya kehilangan bekal saya, saya kelaparan di kampung orang. Di sana, saya bertemu seorang wanita yang sangat cantik. Wajahnya ada di bagian depan kepalanya."

"Lalu?" Faris jalan mondar-mandir di depan Ari sambil memegangi dagunya sendiri.

Ari menolehkan wajahnya ke arah pintu rumahnya, "Ningsih, kemarilah.."

Muncul seorang wanita dari balik pintu. Wajahnya sungguh menawan, giginya rapi bak paving block taman, rambutnya hitam panjang berkilauan. Ari menggandeng tangan Ningsih, "Di saat saya kritis dan hampir memakan paha saya sendiri, saya bertemu Ningsih. Dia menolong saya, memberikan makanan kepada saya, dan merawat saya, papa."

"Hmm.." Faris menunjukkan ekspresi penasaran.

"Selama saya bersama Ningsih, saya mengalami indahnya waktu bersama. Saya jadi sadar, ternyata ada yang lebih menyenangkan di dunia ini selain harta. Yaitu cinta, Papa." Ari menyatakan isi hatinya dengan penuh keyakinan. Ari melanjutkan, "Sejak bertemu dia, saya sengaja mengulur perjalanan saya untuk menikmati waktu yang selalu terasa cepat saat bersamanya. Ntah kenapa, setiap detik bersamanya, saya merasa lebih bahagia daripada menghabiskan waktu untuk belanja hal-hal yang saya suka."

Ari kemudian berlutut di depan papanya, Ningsih juga ikut berlutut. "Begitulah papa.. Maaf saya tidak memilih untuk menjadi pemimpin di perusahaan papa. Saya lebih memilih untuk menjadi pemimpin di hidup Ningsih."

Faris memegang lengan Ari dan Ningsih, lalu menyuruh mereka untuk berdiri. Faris segera memeluk Ari dan Ningsih dengan perasaan haru. Irpus merasa lega karena kelicikannya tidak terbongkar, dia segera bersyukur dengan cara menyembah tower selular.

"Nak.. Yang kamu butuhkan untuk menikmati hidup itu bukan harta, tapi cinta. Saat kamu sudah menemukan orang yang kamu cinta, hidup akan indah dengan sendirinya. Aku bangga, akhirnya kamu bisa menyadari itu." Faris menepuk pundak Ari dan Ningsih, serta menatap mereka dengan penuh rasa bangga.

"Baiklah.. karena kamu juga anakku, aku tak akan membiarkanmu kelaparan lagi, Nak. Meski kamu gagal untuk mendapatkan perusahaanku, aku akan menyerahkan seluruh tabunganku padamu. Maaf jumlahnya tidak seberapa. Cuma sekitar 10 trilyun doang di bank Swiss. Semoga uang itu bisa berguna untukmu dan rumah tanggamu kelak, nak." Senyum terlukis di bibir Faris. Dia tak pernah sebahagia itu dalam hidupnya. Karena bahagia yang Faris rasakan kali ini bukanlah tentang kesuksesan meraup harta, namun kebanggaan karena sukses mendidik anaknya.

Akhirnya, Ari dan Ningsih menikah serta dengan uang yang diberikan papanya, mereka membuka bisnis delivery pacar di seluruh pelosok negeri. Ari hidup bahagia dengan Ningsih dan anaknya untuk seterusnya, sedangkan Irpus hidup sendiri untuk memenuhi sifat serakahnya. Tidak lama kemudian, Irpus meninggal karena kolesterol tinggi.

–Tamat-

Quote “Hidup tanpa punya apa-apa emang pedih, tapi lebih pedih lagi kalo hidup tanpa punya siapa-siapa” –Alitt Susanto-
Oke mungkin segitu dulu adaptasi cerpen yang gue dapet dari bang Alitt, maaf kalo cerita ini gak menarik karena ini hasil adaptasi dari cerpennya bang Alitt, maaf kalo ada salah kata, dan terimakasih untuk yang membacanya, sampai ketemu di cerita yang lainnya, byeee.....



Comments

  1. Terharu kak. coz si Ari akhirnya bisa nikah :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk bersyukurlah pada yang kuasa nak :D

      Delete

Post a Comment

Berkomentarlah Sesuai Dengan Etika dan Norma

Baca yang lain skuy